Dalam pendekatan inovatif untuk memerangi anemia, program baru-baru ini memanfaatkan kekuatan chatbot WhatsApp untuk meningkatkan kesadaran di kalangan remaja di SMP Al-Fityan Tangerang. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk mengatasi tingginya prevalensi anemia di kalangan remaja Indonesia, sebagaimana disoroti oleh data Riskesdas 2018 yang melaporkan bahwa 26,8% anak usia 5-14 dan 32% dari mereka yang berusia 15-24 tahun menderita kondisi ini.

Program edukasi yang dipimpin oleh Zakia Umami dan timnya dari Universitas Al-Azhar Indonesia, bertujuan untuk secara signifikan meningkatkan pemahaman remaja tentang anemia. "Tujuan kami adalah untuk melibatkan siswa menggunakan alat yang sudah mereka kenal, seperti WhatsApp, untuk memberikan pendidikan kesehatan yang berdampak," kata Umami.

Melalui kombinasi presentasi PowerPoint dan sesi interaktif dengan chatbot, program ini menunjukkan keberhasilan yang luar biasa. Penilaian sebelum dan sesudah edukasi menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan, dengan persentase siswa yang memiliki pemahaman 'baik' tentang anemia meningkat tiga kali lipat dari 4,3% menjadi 13%.

Pendekatan ini tidak hanya mendidik tetapi juga memberdayakan individu muda untuk mengenali gejala anemia dan memahami langkah pencegahannya. "Penggunaan teknologi dalam pendidikan kesehatan sangat penting. Ini membuat pembelajaran menjadi lebih mudah diakses dan menarik bagi generasi yang paham digital," tambah Umami.

Seiring dengan berjalannya program yang inovatif ini, ia menetapkan preseden untuk inisiatif pendidikan kesehatan di masa depan, bertujuan untuk membekali lebih banyak orang muda dengan pengetahuan yang diperlukan untuk menjalani kehidupan yang lebih sehat.